KAMPUS TEKNOLOGI BALI Mencetak Mahasiswa di Negeri Orang, Pulang Jadi Cahaya untuk Bangsa

Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdullah Karding, sempat ramai diperbincangkan usai mengimbau masyarakat agar mempertimbangkan bekerja ke luar negeri sebagai salah satu solusi mengatasi pengangguran. Banyak yang salah paham, mengira itu bentuk “pengusiran halus”. Tapi Karding pun menegaskan “Tidak ada istilah mengusir. Ini adalah alternatif yang menjanjikan.”

Ia menyebut saat ini ada 1,6 juta lowongan kerja di luar negeri. Peluang ini sejalan dengan apa yang sudah digagas Rektor ITB STIKOM Bali, Dr. Dadang Hermawan sejak lebih dari sepuluh tahun lalu, kuliah sambil kerja di luar negeri, sebagai jalan transformasi anak bangsa.

Kita tahu, bukan rahasia lagi, bekerja sambil belajar di luar negeri bukan hanya menambah saldo rekening, tapi menambah cakrawala. Mereka yang pernah menatap dunia, akan melihat Indonesia dengan cara yang berbeda. Seperti kata Pak Dadang, “Mahasiswa yang pernah bekerja di luar negeri, pola pikir dan pengalaman hidupnya akan jauh lebih matang daripada yang belum pernah keluar dari zona nyamannya.”

Di sinilah peran kampus hadir bukan hanya sebagai ruang kuliah, tapi jembatan menuju masa depan. ITB STIKOM Bali tak sekadar mencetak sarjana. Mereka mencetak pembelajar global yang akan B-M-W: Bekerja, Melanjutkan, atau Wirausaha. Tiga jalur ini ditopang dengan sistem yang lengkap: Career Development Centre untuk yang ingin bekerja, program S2 untuk yang ingin lanjut, dan Inkubator Bisnis bagi calon pengusaha.

Kini, STIKOM Bali membuka jalan yang lebih luas, kuliah sambil kerja di Jepang dan Taiwan. Program ini bukan hanya mimpi. Ini nyata. Ini visi. Bahkan disiapkan dana talangan agar mahasiswa bisa berangkat, belajar, bekerja, dan pulang sebagai agen perubahan.

Tentu ada tantangan. Ada cerita tentang proses, rekrutmen, bahkan mediasi. Tapi dari semua itu, satu hal tetap menyala, niat baik kampus dan yayasan untuk menjadikan anak-anak bangsa sebagai kekuatan 2045, bukan hanya penonton sejarah.

Rektor Dadang Hermawan berulang kali mengingatkan, “Jangan jadikan Indonesia Emas 2045 itu hanya wacana. Mari siapkan anak-anak muda hari ini agar pantas menyambutnya.”

Bayangkan, di tahun 2045, ada ribuan alumni STIKOM Bali yang pernah kerja di luar negeri. Mereka kembali bukan dengan tangan kosong, tapi dengan ilmu, teknologi, etos kerja, dan pengalaman global. Mereka kembali menjadi mentor, pelopor, bahkan inovator di tanah sendiri.

Inilah revolusi diam-diam. Perubahan besar tak selalu lewat demo. Kadang lewat koper kecil yang dibawa seorang mahasiswa STIKOM ke Tokyo atau Taipei. Lalu ia pulang, dengan tekad besar membangun Bali, Indonesia.

Jadi, kalau hari ini kamu sedang ragu, kuliah, kerja, atau keluar negeri, mungkin kamu tidak perlu memilih salah satunya. Di STIKOM, kamu bisa menjalani semuanya. Kuliah jalan, kerja jalan, masa depan terbuka.

Karena belajar di negeri orang, bukan berarti melupakan tanah air. Justru agar ketika kamu pulang, kamu bisa menyalakan pelita untuk mereka yang masih meraba arah.

Maka bersiaplah. Dunia luas menanti, tapi Indonesia tetap rumahmu. Dan rumah ini, menunggu cahaya

Share Now!!

blank

Balibersuara.com merupakan portal berita aktual masyarakat Bali.
Menghubungkan Bali melalui berita dengan informasi terkini seputar politik, pendidikan,
tekno & sains, bola & sport, pariwisata dan otomotif.

© 2025 BALIBERSUARA. ALL RIGHTS RESERVED.

Scroll to Top